Sebagaimana kelahiran, keluar dari jalan lahir rahim suci, sendirian, maka kematian pun ‘terbang’ sendirian, tidak ditemani harta benda yang kita kumpulkan bersusah payah, tak dapat ditemani anak, istri, ayah, bunda, sahabat, dan sebagainya, melainkan hanya berteman amalan-amalan selama di dunia.
Memang kematian kita semua adalah hal yang pasti, ketetapan-Nya yang tidak bisa diganggu gugat, berita tentang sakaratul maut merupakan berita lama, bukan diadakan atau tiba-tiba. Namun peristiwa yang mendahului hal itu, detik dan minitnya serta tempat terjadinya perkara tersebut merupakan misteri-Nya yang memang terjadi tanpa disangka-sangka. Betapa kecil dan lemahnya kita di hadapan Allah Ta’ala, setiap hari harus melalui beragam peristiwa senario-Nya yang misteri. Ketika ‘panggilan’ ke ribaan-Nya datang, tanpa mengira tatkala sedang tidur, sedang makan, sedang dalam perjalanan, sedang sholat, sedang bersukan, sedang duduk santai, sedang bermain di pantai, memasak, dan lain sebagainya, detik dipanggil-Nya langsung membuat sang malaikat petugas pencabut nyawa melaksanakan tugas.
Allah mengingatkan kita dalam ayat-Nya, “Katakanlah : ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.“ (QS. Al-Jumu’ah : 8)
Ini bukanlah inti yang ingin kukupas di sini... Terlihat wajah sayu sahabat merenung wajah anaknya yang terbujur kaku, aku rasa amat sayu. Sememangnya aku mampu rasakan apa yang dirasakannya. Kurenung setiap tingkahnya, terasa semuanya serba tidak menjadi..
Kurasa...
Nalurinya berbisik...
Anakku..
Air mata ini pernah mengalir...
saat kau dilahirkan...
tidak rela aku ianya tumpah lagi di kala kematianmu...
Anakku..
Suara ini dulunya yang mengazankan telingamu..
baru tadi...
aku cuma mampu lafazkan kalimah syahadah di telingamu
Anakku...
Tanganmu yang sering kupimpin dan kutatih
baru tadi...
kurapatkan di dadamu buat kali yang terakhir..
Anakku..
Rambutmu sering ku belai..
dan kau akan merenung mataku
kini...
kau hanya mampu kaku tanpa membalas walau dengan gerak matamu..
Anakku..
Impianku dahulu...
agar kau menjadi anak yang soleh
Ku harapkan aku penggantimu menghadapNya dahulu
Agar engkau yang akan mendoakan aku saat aku pergi mendahuluimu..
Kini doaku menemanimu...
Anakku...
pergilah ke hadapNya..
Aku redha..
Enggan ku menangis lagi
Hanya mampu berbisik di telingamu sekali lagi..
Kuampunkan segala kesalahanmu dunia akhirat..
Kuhalalkan segala yang kuberikan buatmu..
Ya Allah berikan kami bimbingan setiap saat.
Ya Allah, semoga kami berada dalam cahaya Islam ketika hari itu datang, dalam detik-detik taubatan nasuha, dalam keadaan terbaik penutup usia, amiin.
Yaa Allah biha Yaa Allah biha Yaa Allah Bi khusnil khotimah, Allahumma amiin.
No comments:
Post a Comment